JAKARTA – Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam lingkungan sekolah. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah, dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. 

Tujuan belajar siswa sendiri adalah, untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya. Namun, apabila terdapat seorang murid yang katagori inklusi atau murid yang memiliki hambatan baik itu dalam bebicara, maupun berprilaku atau yang kurang sempurna layaknya seperti orang normal, tentu di butuhkan ekstra kesabaran dari guru yang menjadi pembimbing atau seorang guru yang mengajarkannya.

Dari data yang dihimpun, SDN 11 Jalan Peta Utara Kelurahan Pegadungan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat, memiliki jumlah murid mencapai 530 siswa dan siswi. Dari jumlah data tersebut sebanyak 67 murid mengalami inklusi atau keterhambatan yang kini berada di kelas 1 hingga kelas 6 SD.

Salah satunya adalah Rifki siswa kelas 3 B, SDN 11 Peta Utara Pegadungan Kalideres. Ia sulit mencerna tentang masalah materi kurikulum yang diajukan oleh guru lantaran mengalami keterlambatan. Namun, berkat sang guru yang di ketahui bernama Rodiah pada akhirnya, sedikit demi sedikit, ia dapat mencerna materi yang di ajukan oleh guru. Rifki kalau empat tambah empat berapa, tanya Rodiah sambil menunjukan lengannya kepada muridnya. Rifki menjawab 8  sambil menghitung lengan Rodiah. Dengan sabarnya seorang pengajar itu hingga muridnya lekas tanggap.

Kepala Sekolah SDN 11 jalan Peta Utara pegadungan Kalideres Jakarta Barat, Parini S.PD M.si. saat di konfirmasi mengatakan, di sekolah SDN 11 sebagai Sekolah penyelenggara peserta didik inklusi. Yaitu yang keterhambatan baik dalam bicara maupun berprilaku tuna rungu. “harapan kita adalah semua pihak dapat memahami jika terjadi kesalah pahaman antara murid. Setidaknya orang tua murid sama sama mengerti, tidak sepeeti kemarin ada orang tua yang anaknya terlibat cekcok kemudian memarahinya. Ini butuh kesabaran dalam membimbing murid yang inklusi,” ucap Parini.

Parini menjelaskan, murid yang mengalami inklusi di SDN 11 Peta Utara Pegadungan Kalideres Jakarta Barat, mencapai 67 dari 530 siswa. “Dalam menghadapi murid inklusi perlu adanya bimbingan yang sabar dan memberikan kurikulum khusus agar kelak mereka menjadi siswa yang berprestasi,”tutupnya. (Leman)