JAKARTA – Pilkada serentak 2018 telah usai. Menangnya sejumlah kepala daerah menjadi gambaran peta kekuatan partai politik yang bisa menjadi acuan dalam berkoalisi di Pilpres nanti. Hal tersebut ditegaskan oleh peneliti Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie.

“Untuk menang Pilpres maka kuasai green province atau Jatim yang dipegang oleh PKB, red provice yakni Jateng (PDIP), white province yakni DKI dan Jabar (Gerindra dan PKS) dan yellow province adalah Banten dan Sulsel (Golkar),” kata Jerry kepada Indonesiaparlemen.com, via WhatsAps. Kamis (12/7).

Di empat peta wilayah kekuasaan partai itu partai-partai tersebut berhasil menang, kecuali Jabar. Meski begitu, katanya, raihan suara Paslon Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) mampu melejit dari prediksi sejumlah lembaga survei yang sebelum pelaksanaan Pilkada hanya menempatkan di angka 8 persen dan berada jauh di bawah suara pasangan Ridwan Kamil – UU Ruzhanul Ulum (Rindu) dan Dedi Mizwar-Dedi Mulyadi (Dua DM).

“Meski kalah, tapi mesin partai Gerindra dan PKS mampu mendongkrak suara Asyik di urutan kedua dengan raihan suara 28 persen di bawah Rindu. Ini mementahkan prediksi lembaga survei. Dan wilayah ini bagi saya tetap menjadi bagian dari white province,” jelasnya.

Menanggapi peta wilayah itu, katanya, yang paling bisa berpeluang mendampingi Prabowo adalah di antara Ahmad Heryawan atau Anies Baswedan.

“Kalau dengan Aher pasti duet Gerindra dan PKS akan sangat solid karena keduanya adalah kader partai. Dan mesin partai akan bergerak mati-matian. Dan ini tidak bisa dianggap remeh oleh koalisi Jokowi,” terangnya.

Sosok Aher, selain berhasil memimpin Jawa Barat dua periode, katanya, juga bisa mewakili suara dari umat Islam.

“Terlebih saat ini Tuan Guru Bajang sudah mendukung Jokowi. Dan muncul nama Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin yang disebut-sebut akan menjadi pendamping Jokowi,” ujarnya.

Lalu kalau dengan Anies, kata Jerry, sosok Anies dianggap sosok netral dan bisa diterima oleh PKS dan PAN, serta PBB. “Terlebih lagi Anies sangat dekat dengan Jusuf Kalla. Jadi duet Prabowo-Anies sangat bagus untuk memecah suara kubu Jokowi,” ujarnya.

Lalu untuk Gatot, ucapnya, sangat sulit diduetkan dengan Prabowo ataupun Jokowi. “Saya kira jika Gatot jadi calon Wapres, masih diragukan. Jika dengan Jokowi, dia harus melewati Prabowo (senioritas TNI). Tapi kalau dengan Prabowo rasanya Gatot sulit diterima oleh koalisi lainnya dan suara keumatan,” katanya.

Terlebih lagi, kata jebolan doktor American Global University (AGU) ini, nama Ketum MUI Maruf Amin digadang-gadang menjadi salah satu calon Wapres yang akan membuat koalisi umat Islam goyah.

“Koalisi umat bisa goyah karena sosok tertinggi MUI. Ini langkah cerdas dan efektif jika Jokowi memilih dari kelompok agama,” ujar dia. (Red)