Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian saat jumpa pers di kantor BSSN, Depok, Jawa Barat. Dok: IP/Dirham

JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan anomali trafik atau insiden serangan siber di Indonesia sepanjang 2022 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini diungkapkan Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam paparanya yang mengatakan total anomali trafik sepanjang 2022 mencapai 976.429.996 kali.

Jenis serangan di antaranya berupa malware 56,84 persen, kebocoran data 14,75 persen, dan aktivitas trojan sebanyak 10,90 persen.

“Serangannya hampir 1 miliar. Ini anomali-anomali ancaman yang ada di ruang siber,” kata Hinsa, di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara BSSN Ariandi Putra menjelaskan insiden serangan siber secara angka memang turun. Namun beberapa kebocoran data di tahun 2022 merupakan pengulangan dari kebocoran sebelumnya.

“Ada beberapa yang kita temukan dan ternyata pengulangan dari kasus dugaan kebocoran data sebelumnya,” tuturnya kepada wartawan, Kamis (19/1/2023).

Sebelumnya, BSSN mencatat terdapat lebih dari 1,65 miliar anomali trafik keamanan siber pada periode Januari-Desember 2021.

Wakil Kepala BSSN Irjen Luki Hermawan dalam peluncuran laporan tahunan monitoring keamanan siber 2021 pada Rabu (30/3/2021).

“Kami memantau dari hasil monitoring di sepanjang 2021 ada ancaman anomali trafik yang besar sekali, yaitu lebih dari 1,65 miliar serangan siber,” kata dia kepada wartawan.

Dari total anomali trafik tersebut paling banyak berasal dari infeksi malware, yakni sebesar 62 persen.

Selanjutnya berasal dari aktivitas trojan sebesar 10 persen dan information gathering (pengumpulan informasi untuk mencari celah keamanan) sebesar 9 persen.

Jika dibandingakan dengan tahun lalu, persentase infeksi malware pada anomali trafik tersebut juga masih jadi temuan yang terbilang tinggi.

Hal itu diartikan dalam bentuk ancaman infeksi maupun pencurian informasi terhadap berbagai aktivitas masyarakat di internet.

Jurnalis: Dirham