Akun twitter Bjorka. Dok: Tangkapan layar

JAKARTA – Peretas atau hacker Bjorka kembali muncul di forum Breached pada Minggu (12/3/2023). Disitu, Bjorka menjual data 19 juta anggota BPJS Ketenagakerjaan.

Diketahui data dengan jumlah total 19.564.922 itu terdiri dari nomor induk kependudukan (NIK), nama, email, nomor ponsel, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, tempat bekerja dan lainnya.

Bjorka sengaja memberikan 100.000 data dari Provinsi Aceh sebagai sampel secara gratis. Sejumlah pemerhati keamanan siber menyebut bahwa data yang dibagikan cocok antara nomor ponsel dan nama pemilik, namun ada sebagian yang tidak.

Melalui akun resmi media sosialnya, BPJS Ketenagakerjaan menuliskan saat ini pihaknya tengah melakukan investigasi terkait kebenaran peretasan tersebut.

“Hai Sahabat. Kami sedang melakukan koordinasi dan investigasi terkait kebenaran informasi adanya peretasan data, bersamaan dengan itu kami juga melakukan peningkatan keamanan sistem teknologi informasi sebagai tindakan preventif. Tks. -Iqbal,” tulis postingan twitter @BPJSTKinfo, Dikutip, Selasa (14/3/2023).

Keberadaan Bjorka menjadi perhatian bukan hanya publik melainkan juga pemerintah. Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan, pemerintah membentuk satuan tugas (satgas) terkait perlindungan data. Langkah itu ditempuh untuk menyikapi polemik pembobolan data oleh hacker Bjorka.

Data kependudukan yang diklaim telah berada dalam genggaman tangan Bjorka antara lain PeduliLindungi, pemilih dalam pemilu, My Pertamina dan bahkan surat menyurat Presiden Jokowi.

Bjorka menjadi trending topic ketika membeberkan data pribadi pejabat di pemerintahan maupun parpol, seperti Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Menkominfo Johnny G Plate, Ketua DPR Puan Maharani, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan maupun Menko Polhukam Mahfud MD.

Peretas ini melakukan doxing atau menyebarkan informasi pribadi, seperti nama, nomor telepon, pekerjaan, nomor kartu keluarga, NIK, hingga ID vaksin. Sedangkan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan klasifikasi serangan siber berupa pencurian data, seperti yang dilancarkan hacker Bjorka masih dalam kategori intensitas rendah.

Jurnalis: Dirham