JAKARTA, INDONESIAPARLEMEN.COM – Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) dan Fokal Poin Jakarta Pusat adakan diskusi Hangat Bersama Komunitas serta awak media terkait apa itu HIV dan Aids Untuk disampaikan kemasyarakat.

Selain itu, OPSI Fokal Poin Jakarta pusat akan menyusun rencana kegiatan “Establishment the networking with media at local.”

Kegiatan ini bertujuan untuk membangun jejaring antara populasi kunci maupun lembaga komunitas populasi kunci dengan berbagai media cetak maupun elektronik baik dalam rangka pengurangan stigma dan diskriminasi pada media terhadap populasi kunci atau mengumpulkan dukungan dalam penanggulangan HIV-AIDS.

Saya mengumpulkan temen- temen dari media yaitu ingin memasukan tentang HIV/AIDS agar supaya temen temen yang terinfeksi tersebut tidak ada stigma dan diskriminasi bahwa OPSI telah melakukan sejumlah upaya untuk menekan angka HIV/AIDS.

Mulai dari melakukan penyuluhan untuk masyarakat dan orang dengan HIV/AIDS termasuk membuat rencana strategi penanggulangan HIV/AIDS dengan harapan langkah- langkah kami lebih strategis.

Pertemuan yang diadakan di Cave Hot & Sexy Rusun Dakota 6 No.104 B, RT.13/RW. 6, Kb. Kosong, Kec. Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10630, Rangga mewakili OPSI mengatakan, para PS maupun transgender dan transpuan mendapat perlakuan diskriminasi dan jadi kaum marginal bahkan di tanahnya sendiri.

Ia berharap, dengan kegiatan ini tak ada lagi perlakukan diskriminasi pada seluruh warga masyarakat di Indonesia.

“Karena selama ini kita berpikir komunitas itu adalah kelompok marjinal, bahkan tidak jarang disebut sampah masyarakat apalagi kawan-kawan pekerja seks. Tapi melalui program OPSI ini kita berharap komunitas-komunitas itu tidak dipandang sebelah mata atau dihakimi,” katanya Teman Teman komunitas saat diskusi dengan OPSI serta Rekan Rekan Kamis, (12/11/2020).

Ia menambahkan, selain merangkul media massa, OPSI juga melakukan pertemuan dengan tokoh adat dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman tentang komunitas yang didampingi oleh OPSI.

“Kami selalu sosialiasi kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk tak lagi mendiskriminasi saudara-saudara kita utamanya Orang Dengan HIV/AIDS,” ujarnya.

OPSI akan secara rutin menggelar pertemuan dengan wartawan sebagai salah satu komitmen memberikan informasi yang akurat pada masyarakat.

Terlebih, tidak sedikit media massa selalu membuat judul berita yang langsung menunjukkan profesi (PS-red) ataupun transgender maupun transpuan.

“Stigma pada komunitas PS masih terasa hingga sekarang, sehingga pemahaman masyarakat soal HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan melalui media karena media diyakini memiliki peran stategis dalam membantu pengendalian epidemi HIV/AIDS sesuai fungsinya,” pungkasnya.

Penulis : Bintarsih

Editor.   : Noval