Eks Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo saat mendatangi pemeriksaan di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/8/2022). Dok: ist

JAKARTA – Kirdi Putra Pakar mikro ekspresi, menilai ada kejanggalan dalam permohonan maaf yang diutarakan Kadiv Propam Nonaktif Irjen Ferdy Sambo saat tiba di Mabes Polri hari ini, Kamis (4/8/2022).

Kirdi mengatakan permintaan maaf yang dilakukan Irjen Ferdy Sambo itu menurutnya memang sudah ditata dengan sedemikian rupa.

“Kalau kita bicara permintaan maaf dalam tanda petik dirancang dengan baik. Karena memang bukan langsung dia bicara secara tiba tiba dari hati. Karena dari nada-nada bicaranya, cara dan mengucapkan itu sangat tertata dan lugas,” kata Kirdi dikutip dalam tayangan Kompas Siang KOMPAS TV, Rabu (4/8/2022).

Kirdi menduga, bisa jadi karena Irjen Ferdy Sambo adalah sosok yang dikenal lugas dan tegas hingga bicaranya bisa bagus, tapi bisa juga karena memang karena persiapan matang.

Dia juga menyoroti kalimat maaf dari Irjen Ferdy Sambo tentang kematian orang yang disebutnya bukan orang jauh, tapi cukup dekat.

“Bisa jadi karena memang jenderal Sambo ini orangnya tegas lugas, tapi yang dibicarakan di sini adalah peristiwa yang melibatkan nyawa seseorang. Dan orang ini bukan orang jauh tapi cukup dekat dengannya, bahkan sama keluarganya mungkin sudah dianggap anak bahkan,” jelas Kirdi.

“Menariknya, jadi kalau permintaan maaf belasungkawa tidak bisa dipaksa,” lanjut dia.

Kirdi menjelaskan, orang yang minta maaf dengan sedih biasanya intonasinya berbeda dengan gaya bicara sehari-hari.

“Orang kalau beneran sedih benar-benar minta maaf itu beda intonasinya, walaupun biasanya galak tegas, lugas. Itu beda sekali. Plus di akhir kalimat, ada bagian dalam bahasa tersebut menyebutkan, dalam tanda petik tapi, terlepas dari peristiwa atau perbuatan dia,”papar dia.

Kemudian dia menyebut, efek dari permintaan maaf tersebut justru membuat publik bertanya-tanya.