Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pascapertandingan Arema FC melawan Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Dok: ist

JAKARTA – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan penyebab utama banyak korban tewas pada tragedi Kanjuruhan adalah karena pintu stadion belum dibuka dan tidak ada petugas yang berjaga. Kondisi ini tidak seharusnya terjadi bila mengacu pada aturan yang seharusnya.

Kapolri mengungkapkan hal itu dalam jumpa pers mengenai tragedi Kanjuruan di Malang, Jawa Timur, Kamis (6/10/2022).

Untuk diketahui, kericuhan terjadi seusai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Penonton yang terdiri dari para suporter Arema FC turun ke lapangan sehingga aparat kepolisian dan TNI berusaha menghalau. Namun, polisi justru menembakkan gas air mata ke arah di tribun sehingga penonton yang terdiri dari orang dewasa pria dan wanita juga anak-anak, berhamburan mencari jalan keluar.

Pada saat yang sama pintu stadion masih belum dibuka sehingga terjadi saling berdesakan dan ada yang terinjak. Hingga Kamis (6/10/2022) dilaporkan terdapat 131 korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan ini. Tragedi ini tercatat sebagai insiden olahraga paling mematikan kedua di dunia.

Kapolri menyebut, berdasarkan aturan terdapat 14 pintu yang seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir seluruh pintu tersebut dibuka. Namun saat itu pintu tidak sepenuhnya dibuka, yakni hanya terbuka 1,5 merter dan para penjaga tidak berada di tempat.

“Seharusnya lima menit sebelum pertandingan usai, pintu stadion sudah dibuka. Selain itu penjaga atau steward tidak berada di tempat pada saat kejadian. Berdasarkan Pasal 21 Regulasi Keamanan PSSI, penjaga seharusnya berada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion,” ucap Kapolri Jenderal Listyo Sigit.

Sigit menili terdapat besi melintang yang dapat mengakibatkan suporter menjadi terhambat pada saat mereka harus melewatinya.

“Apalagi bila pintu tersebut dilewati penonton dalam jumlah banyak, sehingga terjadi desak-desakan yang mengakibatkan sumbatan di pintu-pintu tersebut hampir 20 menit. Di situlah muncul banyak korban,” jelas dia.

Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD menjelaskan jatuhnya korban jiwa, salah satunya, akibat para korban terinjak-injak.

“Para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas,” ungkap Mahfud, Minggu (2/10/2022).

Mahfud menegaskan, tidak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter. Tragedi Kanjuruhan bukan merupakan kerusuhan antarsuporter Arema FC (Aremania) dengan pendukung Persebaya Surabaya (Bonek).