TANGERANG, INDONESIAPARLEMEN.COM – Salah satu pendiri lembaga Pancasila Center Ir. Mulyono Santoso tutup usia menjelang hari pembebasannya di RSU Kabupaten Tangerang dini hari, Senin (28/09/2020).

Almarhum Ir. Mulyono Santoso merupakan alumni ITB (Institut Tekhnologi Bandung) yang sangat peduli terhadap pengamalan dan penerapan Pancasila ini dikabarkan istrinya, menghembuskan nafas terakhir setelah dibawa ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada pukul 02.20 WIB.

Diketahui sebelumnya, bahwa almarhum adalah sosok pengayom yang dikenal sangat ramah dan tak pernah absen sholat tahajud ini. Almarhum mengalami sesak nafas pada pukul 22.30 WIB. Kemudian pihak petugas kesehatan Lapas Pemuda Kota Tangerang membawa ke klinik yang ada di Lapas.

Namun melihat kondisi yang membutuhkan perawatan lebih intensif, lalu petugas Lapas merujuknya ke RSU Kabupaten Tangerang.

Kepergian nya menyisakan kesedihan dan berjuta kenangan pahit dan manis bagi rekan-rekan senasib dan seperjuangan selama ditahan di Mapolda hingga ke Lapas Pemuda kelas 2 A Kota Tangerang.

Sementara, Jalih Piroeng salah satu terpidana yang sejak ditahan di Mapolda hingga ke Lapas sekamar menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam.

Jenazah almarhum Ir. Mulyono Santoso sudah diberangkatkan pukul 10.00 WIB dari rumah duka Jl. Batu Jamrut No. 58 Pulo Mas Pulo Gadung Jaktim menuju Cirebon untuk dimakamkan.

“Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi rojiuun. Kami sangat merasa kehilangan beliau. Kami semua disini turut berduka atas kepergian beliau. Beliau adalah orang yang baik, rendah hati dan pemerhati disini” ungkap Jalih Pitoeng, Senin (28/09/2020).

Jalih Pitoeng yang selalu bersama sejak 10 Oktober 2019 saat masih ditahan di Mapolda Metro Jaya juga sangat sedih atas kepergian Ir. Mulyono Santoso dipenghujung perkara menjelang kebebasan.

“Padahal sebentar lagi kami bebas. Karena disamping batas masa penahanan akan berakhir pada tanggal 29 September 2020, putusan Banding dari Pengadilan Tinggi Banten pun sudah diterima dengan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Kota Tangerang yaitu 13 bulan. Artinya sudah menjelang kebebasan kami” terang Jalih Pitoeng Jalih Pitoeng yang sempat menemani ke klinik bersama seluruh rekan sekamar serta sempat menuntun untuk mengucapkan “Kalimat Syahadat” menjelang keberangkatan ke Rumah Sakit.

Namun sekali lagi ini bukan kekuasaan kita. Hidup mati tak ada yang tahu kapan, dimana dan bagaimana caranya. Hanya Allah lah yang maha tahu akan hal itu. Semoga beliau khusnul khotimah. Aamiin…!!!” pungkas Jalih Pitoeng. (Rls/SB)