Kapal Motor (KM) Logistik Nusantara 4

JAKARTA – Kapal Motor (KM) Logistik Nusantara 4 sebagai sarana armada Tol Laut alami kendala operasionalnya dikarenakan kapal mengalami masalah di mesin kapal.

Secara normal KM Logistik Nusantara 4 sebagai Tol Laut mendistribusikan barang kebutuhan pokok dari wilayah barat ke timur Indonesia yang masuk dalam kategori tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan (3TP).

Trayek KM Logistik Nusantara 4 memiliki (Rute: T-3) Tanjung Priok – Kijang – Tarempa – Pulau Laut – Natuna – Subi – Serasan – Midai – Patimban – Tanjung Priok.

Hasil temuan dan informasi yang berhasil dikumpulkan Yayasan Studi Indonesia (YSI) ternyata sejak Juli 2021 kapal yang berangkat dari Pelabuhan Serasan dengan tujuan Pelabuhan Midai di Kepulauan Natuna atau Laut Natuna kapal mengalami gangguan mesin setelah berjalan selama sekira 6 jam di perairan Natuna .

“Saat itu juga kapal mengalami gangguan mati mesin, dan terlihat asap hitam dari kamar mesin. Lalu beberapa awak kapal bagian kamar mesin melakukan pengecekan di mesin induk kapal dan ditemukan mesin induk kapal berjenis Cartepilar MAK mengalami kondisi patah dibeberapa bagian mesin,” kata Muhammad Azhar dalam keterangannya rilisnya, Kamis (11/11/2021)

Lanjut Azhar, Yayasan Studi Indonesia (YSI) menduga kerusakan terjadi antara lain yaitu Pin Conneting Rod Cylinder patah, Crankpin Bearing Cylinder patah , Crankshaft serta bagian pipi engkol Cylinder dengan karena kondisi retak parah.

“Dengan adanya kerusakan ini maka kapal dinyatakan tidak dapat meneruskan perjalanan ke tujuan pelabuhan Midai dan seterusnya,” ujar Azhar yang juga Ketua Lembaga Survei Batam.

Lanjutnya , jika saat ini posisi kapal masih Dok di galangan kapal Pulau Batam dalam rangka pengantian spareparts mesin kapal.

Berdasarkan survei yang dilakukan dan berita acara kerusakan kapal ditemukan adanya faktor utama penyebab kerusakan mesin adalah ketidaklancarannya pelumasan mesin kapal.

“Dimana pelumasnya sudah diganti oleh Varian Salyx yang tidak sesuai dengan Regulations and care lubricating oil , sebelumnya kapal ini sudah menggunakan varian castrol yang sudah ada sejak awal bawaan mesin kapal tersebut , yang kemudian pada januari 2018 diganti dengan pelumas lain yaitu varian salyx yang mengakibatkan kerusakan fatal ditengah laut,” ujarnya.

YSI juga menduga karena Varian Salyx ini tidak tercantum dalam daftar pelumas yang digunakan sesuai dengan Regulations and Care Lubricating Oil. Dari regulasi itu ada 11 varian yang termasuk dalam regulasi tersebut dan salyx tidak tercantum.

Lembaga Survei Batam (LSB) – Yayasan Studi Indonesia (YSI), juga melihat jika hal ini merupakan hal yang tidak wajar yang di lakukan oleh jajaran Direksi Pelni.

“Ini ada apa, kenapa hal seperti penggantian pelumas tidak mengikuti regulasi atau spesifikasi yang sudah ditentukan pabrikan,” kata Azhar.

Dengan adanya kerusakan kapal ini menurut Azhar, jika dihitung selama 90-an hari telah mengakibatkan kerugian besar bagi PT Pelni meliputi biaya pengadaan spareparts kapal dan jasa pemasangannya, lalu biaya harian operasional kapal , dan kehilangan pendapatan penumpang dan barang yang diperkirakan kerugiannya mencapai Rp 50 milyar.

“Itu kerugian yang sangat besar yang tentunya menjadi beban masyarakat karena kapal ini adalah merupakan aset negara milik rakyat,” ungkap Azhar.

Lembaga Survey Batam – YSI juga sesalkan, terhadap Pelni di Batam, yang diduga menyembunyikan informasi soal keberadaan KM Logistik Nusantara 4.

“Mereka telah melakukan kebohongan publik, dengan mengatakan keberadaan kapal tersebut terupdate sedang berada di perairan Sulawesi, padahal masih di dock galangan kapal di Batam,” ucap Azhar.

Azhar mengharapkan agar kedepannya kebijakan Direksi PT Pelni dalam melakukan pengantian minyak pelumas kapal harus sesuai dengan regulasi yang ada .

” Agar kapal kapal Pelni tidak mengalami kerusakan lagi dan nantinya yang membahayakan keselamatan penumpang dan nyawa manusia diatas kapal,” tutup Azhar.