Viral video salah satu calon bintara Polri yang tak lolos seleksi. Dok: Tangkapan layar video Fahri

JAKARTA – Usai viral video salah satu calon bintara Polri yang tak lolos seleksi, Polda Metro Jaya menjelaskan penyebab calon bintara Polri Fahrifadillah Nurizky yang gagal seleksi tersebut. Sebelumnya, Fahrifadillah sudah dua kali gagal seleksi.

Diungkapkan Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Didiet Setioboedi , Fahrifadillah sebetulnya selalu gagal saat tes buta warna pada seleksi tahun 2019 dan 2020. Namun, pada 2021 dia berhasil lolos seleksi tahap pertama ini.

“Yang bersangkutan telah dua kali sebelumnya TMS (tidak memenuhi syarat) dengan kriteria buta warna parsial. Pada 2022 ini yang bersangkutan bisa lolos,” kata Didiet saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (30/5/2022).

Dia menduga, Fahrifadillah bisa lolos dalam seleksi penerimaan calon bintara tahun 2021 karena telah menghafal pola tes buta warna yang ada dalam buku Ishihara’s Test for Colour-Blindness setelah gagal 2 tahun berturut-turut.

Terlebih menurutnya, buku tes buta warna tersebut dijual bebas di pasaran. Tes kesehatan dalam seleksi calon bintara polisi menurut Didiet juga menggunakan buku tersebut setiap tahun.

“Kemungkinan terbesar adalah yang bersangkutan belajar tentang buta warna. Dia menghapal, buku ini memang dijual bebas di Kimia Farma, atau tempat tempat alkes lainnya sehingga bisa dipelajari dan bisa dihapal letak-letaknya,” jelas Didiet.

Untuk itu, sebelum masuk ke dalam tahap pendidikan bintara, para peserta yang lolos tahap seleksi gelombang satu dilakukan supervisi. Saat supervisi ini, kata Didiet, dilakukan pengecekan yang sangat mendalam bagi para peserta yang lolos tahap awal.

Pada saat tahap supervisi ini, Fahrifadillah gagal sebagai calon bintara meskipun saat seleksi tahap awal gelombang satu dia lolos dan masuk ranking 35 dari total 1.200 peserta. Dia tetap gagal karena terbukti buta warna parsial saat dites oleh dokter spesialis mata RS Polri.

“Seandainya sudah dilakukan pemeriksaan yang mendalam sekali kelihatan nanti. Jadi kemungkinan terbesar yang bersangkutan belajar dan menghapal buku Ishihara ini dan ini memang dari tahun ke tahun pakai buku ini,” ujar dia.

Dijelaskan oleh Kepala Biro SDM Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Langgeng Purnomo, supervisi terhadap para calon bintara yang lolos seleksi tahap awal ini memang menjadi rangkaian proses seleksi setiap tahun untuk bisa mengikuti tahap pendidikan lanjutan.

“Ini merupakan langkah untuk cek terakhir, menyangkut aspek kesehatan, administrasi, dan lain-lain. Hasilnya pun setiap tahun pasti ada temuan, bukan hanya buta warna, ada tinggi badan, dan lain-lain,” kata Langgeng.

Para peserta yang gagal pun dipastikan mengetahui penyebab mereka tidak lolos seleksi.

Para peserta yang tidak lolos ini akan digantikan oleh calon bintara Polri lain yang ranking atau posisinya berada di bawahnya melalui mekanisme sidang terbuka. “Apabila satu dinyatakan tidak memenuhi syarat kemudian ranking di bawahnya naik dan itu pun dilakukan melalui mekanisme sidang terbuka juga. Jadi tambahan satu ini bukan atensi, ini merupakan langkah untuk memenuhi kuota didik,” jelas dia.