Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pidato G20. Dok: Setpres

JAKARTA – Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati menilai penunjukan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 (Group of Twenty) adalah bentuk apresiasi dan pengakuan negara-negara besar di dunia bagi Indonesia.

Menurutnya, terpilihnya Indonesia sekaligus menandakan torehan sejarah baru karena untuk pertama kalinya Indonesia  memegang Presidensi G20  sejak forum G20 ini dibentuk pada tahun 1999.

“G20 sebagai forum yang beranggotakan sembilan belas negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, ditambah dengan Uni Eropa. Dari Asia Tenggara sendiri, sejatinya telah merepresentasikan 85 persen perekonomian global, 80 persen investasi global, 75 persen perdagangan internasional, dan 66 persen penduduk dunia,” kata Susaningtyas dalam keterangannya kepada Indonesiaparlemen.com, Minggu (13/11/2022).

Dengan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20, Susan mengungkapkan hal tersebut memiliki nilai strategis  bagi pemulihan ekonomi dan pencapaian Indonesia Maju.

“Momentum tersebut harus dapat dimanfaatkan bagi pemulihan ekonomi dan untuk mencapai Indonesia Maju, dengan memainkan peranan  strategis Indonesia dalam mendorong upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia,” tutur dia.

Dia menjelaskan, kegiatan panjang tersebut, dengan kehadiran  para delegasi akan berpotensi memberi manfaat bagi perekonomian Indonesia. Baik secara langsung, terhadap sektor jasa; perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor terkait lainnya, maupun secara tidak langsung melalui dampak terhadap persepsi investor dan pelaku ekonomi.

“Oleh karena itu, momentum presidensi yang hanya terjadi satu kali setiap generasi (kurang lebih dua puluh tahun sekali) harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi, maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional,” pungkas dia.

Jurnalis: Agung Nugroho