Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Muhammad Yusuf pada Ocean and Climate Change Dialogue on Coastal Ecosystem Restoration Including Blue Carbon di Bonn, Jerman beberapa hari lalu. Dok: IP

JAKARTA – Indonesia terus mendorong perlindungan ekosistem pesisir dan laut (ekosistem karbon biru) sebagai aksi mitigasi dan berkontribusi terhadap pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca nasional secara global.

“Langkah utama untuk memastikan bahwa ekosistem dilindungi dengan baik dan dikelola secara berkelanjutan adalah dengan mengalokasikan ruangnya dalam rencana tata ruang laut,” kata Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Muhammad Yusuf pada Ocean and Climate Change Dialogue on Coastal Ecosystem Restoration Including Blue Carbon di Bonn, Jerman beberapa hari lalu.

Menurutnya mangrove dan lamun merupakan ekosistem karbon biru terbesar di Indonesia. Tak hanya untuk penyerapan karbon, keduanya sangat bermanfaat mendukung keanekaragaman hayati pesisir dan kesejahteraan masyarakat.

Saat ini Indonesia juga sedang melakukan pemetaan ulang ekosistem lamun serta mendorong makin banyaknya penelitian lamun sebagai dasar bagi penghitungan persediaan Gas Rumah Kaca.

“Indonesia percaya bahwa pengurangan emisi Gas Rumah Kaca dari lamun bisa berkontribusi pada target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia berikutnya,” lanjut Yusuf.

Sementara berkaitan dengan fisheries and food security, Indonesia telah mengidentifikasi potensi aksi mitigasi sektor kelautan selain karbon biru, seperti pada perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan hasil perikanan.

Selain itu, melalui KKP, Indonesia juga telah memiliki kebijakan dan strategi ekonomi biru yang sejalan dan terintegrasi dengan upaya aksi iklim laut, yakni penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan.

“Indonesia mendorong para pihak untuk berpikir secara global dan bertindak secara lokal serta menerjemahkan aksi iklim laut secara sederhana sehingga dapat dilakukan juga di tingkat lokal,” pungkas Yusuf.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya menciptakan laut yang sehat, aman, tangguh dan produktif bagi kesejahteraan bangsa melalui diplomasi maritim serta kerja sama dengan berbagai negara untuk mewujudkan strategi pembangunan ekonomi biru (blue economy) yang menitikberatkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi pada aktivitas yang menetap di ruang laut.

Jurnalis: Agung Nugroho