LAMPUNG TIMUR – Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan, keberadaan desa wisata menjadi ikon penting pertumbuhan dan peningkatan ekonomi desa secara terpadu.

Hal itu berguna dalam mendorong transformasi sektor sosial, budaya dan ekonomi desa. Oleh karena itu, setiap daerah dan desa perlu mencermati potensi desa yang dimiliki untuk dikembangkan agar memberi nilai tambah signifikan.

Sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi pada kesejahteraan masyarakat setempat.

“Memang ikon untuk pertumbuhan ekonomi di desa itu ya desa wisata. Apalagi jika desa wisatanya alam. Dan sejak dulu saya bilang, jangan bikin desa wisata pabrikan. Karena kalau desa wisata pabrikan itu akan bikin jenuh,” kata menteri yang akrab disapa Gus Halim itu saat melakukan kunjungan kerja di kawasan Pantai 17 Bumdesma LKD, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Selasa (12/12/2023).

Gus Halim memaparkan, persoalan desa wisata atau pariwisata perdesaan tidak lepas dari isu kondisi kemiskinan masyarakat.

Kondisi ini tentunya menjadi salah satu target poin dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) agar derap pembangunan pariwisata di tanah air tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang tetapi banyak orang.

Gus Halim mencontohkan, bagaimana keberadaan Bali yang hingga kini bertengger kokoh pada deretan wisata terbaik di nusantara bahkan manca negara.

Sehingga keberadaannya juga dirasakan oleh desa-desa sekitar di sekitarnya. Hal sama juga menyangkut keberadaan wisata Selecta di Jawa Timur, yang hingga kini tetap eksis berpijak pada pelestarian budaya lingkungan.

“Contohnya Pantai Kuta. Sejak saya pertama ke Bali, sampai sekarang pun ya seperti itu Kuta. Tapi kenapa kok disukai banyak orang, karena alam. Begitu juga di Jawa Timur ada pemandian Selecta, sejak zaman dulu ya seperti itu,” ungkap Profesor Kehormatan UNESA Surabaya ini.

Menurut Gus Halim, ada beberapa komponen yang harus dilestarikan oleh desa wisata. Di antaranya pelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat lokal, penerapan sistem norma yang ada di desa tersebut, adat istiadat setempat, serta budaya setempat yang masih asli turun dan temurun.

“Sehingga saya bilang, kalau mau bikin desa wisata berbasis alam itu jangan diniati bikin desa wisata. Tapi niatilah sebagai pelestarian alam. Ketika alam lestari, bagus, dan tertata pasti indah,” tegas mantan Ketua DPRD Jawa Timur tersebut.

Selain itu, Gus Halim juga mengimbau agar desa wisata menggunakan fasilitas buatan lokal. Hal itu akan memudahkan peningkatan sektor industri kecil dan menengah, dan meningkatkan akses dan kualitas sumber daya pengelolanya.

“Karena kalau niatnya bikin desa wisata alam itu akan sporadis. Dan seluruh produk yang dipasarkan di BUMDesa harus dari lokal,” ujarnya.

Gus Halim juga mengajak para konsumen untuk lebih memilih barang-barang buatan dalam lokal dalam acara formal maupun informal, terlebih produk UMKM.

Termasuk pemerintah, kata Gus Halim, akan mengutamakan produk UMKM untuk pengadaannya. Dengan demikian, UMKM dan ekonomi Indonesia akan berjaya di negeri sendiri.

“Hal itu berkaitan juga dengan arahan Presiden terkait penggunaan produk-produk Indonesia, di semua kementerian. Dilarang keras menggunakan barang-barang impor,” pungkas Gus Halim.

Jurnalis: Agung Nugroho