Presiden Jokowi memberikan keterangan pers usai groundbreaking pabrik pipa, di KIT Batang, Jawa Tengah, Senin (3/10/2022). Dok: Setkab

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku harus bersemadi hingga tiga hari sebelum mengambil keputusan terkait lockdown saat pandemi Covid-19 di awal 2020.

Usai menerima masukan dari sejumlah pihak, presiden akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan lockdown.

“Saya semadi tiga hari untuk memutuskan apakah kita harus lockdown atau tidak. Karena (waktu itu) memang betul-betul sangat tidak memiliki pengalaman semuanya mengenai ini. Kita di-teken dari sisi pandemi, pada saat yang sama di-teken dari sisi ekonomi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Transisi Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Kamis (26/01/2023).

Sebelum memutuskan untuk tidak melakukan lockdown, Jokowi mengaku sempat menggelar rapat dengan para menterinya terkait perlu tidaknya lockdown. Dalam rapat tersebut, 80% menteri menyarankan agar melakukan lockdown karena hal serupa dilakukan oleh banyak negara di dunia.

“Enggak dari DPR, enggak dari partai, semuanya juga minta lockdown. Tekanan-tekanan seperti itu pada saat mengalami krisis dan kita tidak jernih, kita tergesa-gesa, bisa salah, bisa keliru,” ucap dia.

Jokowi menyebut, kala itu dia meprediksi, kerusuhan akan terjadi bisa keputusan lockdown diambil, karena upaya masyarakat untuk mencari nafkah terganggu.

“Misalnya kita putuskan lockdown, hitungan saya dalam dua atau tiga minggu rakyat sudah enggak bisa, enggak memiliki peluang atau peluang kecil untuk mencari nafkah. Semua ditutup, (sementara) negara tidak bisa memberikan bantuan pada rakyat. Apa yang terjadi Rakyat pasti rusuh,” jelas Presiden.

Di awal sambutannya, Jokowi menuturkan, saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia pada 2020 lalu, tidak ada satu pun negara yang memiliki pengalaman menghadapi pandemi. Bahkan, kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO berubah-ubah. Semula, WHO mengatakan, yang diwajibkan memakai masker hanyalah yang sakit atau mengalami gejala seperti batuk-batuk.

“Belum ada seminggu, (kemudian) semua harus pakai masker. Ternyata mereka bingung kita juga bingung. Begitu sampai puncaknya semua negara mencari yang namanya APD (alat pelindung diri). Kita juga cari ke mana-mana, eh ternyata kita sendiri bisa memproduksi dan bahkan dikirim ke negara-negara lain. Karena, posisinya memang semuanya bingung,” kata Jokowi.

Keberhasilan Indonesia menghadapi pandemi, menurut Jokowi, juga karena manajemen makro dan mikro yang dilakukan betul-betul sangat efektif.

“Saya melihat semuanya itu bekerja, karena memang kita tertekan oleh persoalan, tertekan oleh masalah, sehingga semuanya bekerja. Itu yang tidak saya lihat sebelum-sebelumnya. Jadi, sebagai pengaman ternyata kalau kita pengen semua bekerja, memang harus ditekan dulu, ditekan oleh persoalan, ditekan problem, ditekan tantangan,” pungkas dia.(*)