Foto: ilustrasi

JAKARTA – Seorang ibu hamil yang akan melahirkan harus menghembuskan nafas terakhirnya setelah ditandu sejauh 80 Km dengan berjalan kaki selama 17 jam menuju Rumah Sakit Andi Djemma, Masamba, Sulawesi Selatan.

Kondisi jalan yang sangat buruk dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat memaksa sang ibu bernama Eva Yuliana, warga Dusun Pokapa’ang, Desa Tanamakaleang, Kecamatan Seko, harus ditandu.

Dengan menggunakan sarung dan bambu serta kayu, belasan warga desa setempat bahu membahu menandu ibu muda berusia 18 tahun itu secara bergantian.

Sayangnya perjuangan tersebut berakhir menyedihkan karena warga yang mengantar kembali harus menandu jasad Eva setelah dinyatakan meninggal dunia.

Perjuangan para warga ini semakin berat karena jalan yang akan dilalui menuju Kecamatan Seko sudah menanjak di area lereng pegunungan. Mereka bahkan menerobos jalan berlumpur dengan mengandalkan penerangan seadanya.

Sorak dari satu warga ke warga lain menjadi penyemangat untuk mengimbangi rasa lelah sepanjang jalan.

Sebelumnya Eva dirujuk dari Kecamatan Seko menggunakan tandu pukul 07.00 wita dan baru sampai di rumah sakit pada pukul 23.00 wita Sabtu (18/3/2023) lalu.

“Dijemput menggunakan ambulans setelah sempat dirawat di Puskesmas Limbong. Setelah itu dilanjutkan di Rumah Sakit Andi Djemma Masamba, tiba Subuh kalau saya tidak salah. Paginya dilakukan operasi caesar kemudian setelah itu anaknya masih hidup, pas jam 03.00 lewat subuh hari Minggu ini sudah meninggal. Kemudian dibawalah ibu ini ke rumah kepala Puskesmas Rongkong yang juga adalah keluarga, berselang satu jam ibunya meninggal juga,” ujar Bonar Swito, keluarga Eva.

Video dan foto warga tandu ibu hamil yang meninggal tersebut kemudian viral di jejaring media sosial.

Keluarga Eva berharap pemerintah memperhatikan akses jalan menuju Kecamatan Seko, mengingat kasus tandu pasien yang dirujuk ke rumah sakit bukan hanya kali ini saja, melainkan sudah terjadi puluhan tahun lalu.

“Harapan kami kalau bisa, kami disamakan dengan masyarakat yang lain yang ada di perkotaan. Karena apa bedanya mereka dengan kami, kami sama-sama rakyat Indonesia yang harus diperhatikan,” pungkas dia.