Foto: ilustrasi

JAKARTA – Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke42 ASEAN yang dihelat di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10 Mei 2023 mendatang.

Merespon hal itu pengamat keamanan siber Cissrec Pratana Persada mengatakan acara yang dihadiri oleh pimpinan negara seperti KTT Asean tentu tidak akan lepas dari upaya serangan siber dari berbagai pihak.

“Ancaman yang kemungkinan terjadi pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu state actor dan non state actor. Ancaman state actor selalu dikaitkan dengan kegiatan spionase,” kata dia kepada Indonesiaparlemen.com di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Dia juga mengatakan bisa dibilang ancaman siber dari sisi spionase ini yang menjadi perhatian serius para peserta dan tuan rumah.

Apalagi dengan kondisi geopolitik seperti sekarang, lanjut kata dia, Indonesia patut untuk menjadi waspada dan bisa meredam kemungkinan terjadinya konflik dan saling retas selama KTT berlangsung. Sedangkan ancaman non state actor adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku hacktivist.

Ada Tiga Serangan Siber

“BSSN pasti sudah melihat hal ini semua dan sudah melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait seperti TNI, Polri, Kominfo, Provider dan seluruh pihak yang terkait dengan pengamanan baik pengamanan siber maupun pengamanan lapangan karena kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain,” ujar dia.

Selain itu, kata Pratama, seluruh delegasi yang menghadiri KTT Asean juga sudah dibekali informasi dan memiliki pengalaman dalam berbagai event penting sehingga tidak terjebak dengan serangan siber pada umumnya seperti spam dan phising.

Dia juga mengatajan masih ada beberapa serangan siber yang harus diwaspadai seperti spear-phising, malicious document, hijacking, fake wifi hingga infeksi malware.

Menurut dia selain itu ada juga ancaman Supply Chain Attack serta Man In The Middle Attack yang memanfaatkan provider internet yang dijadikan sarana untuk melakukan exploitasi dari para peretas baik state actor maupun non state actor.

Oleh karena itu, kata dia serangan siber yang tidak secara langsung menargetkan peserta KTT Asean tapi dilakukan bersamaan dengan dilangsungkannya acara KTT juga perlu di waspadai, seperti aksi peretasan yang dilakukan oleh Bjorka bersamaan dengan dilangsungknnya KTT G20 di Bali pada tahun 2022, yang secara tidak langsung menciderai nama baik Indonesia sebagai tuan rumah.

Dia berharap bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah yang baik selama KTT Asean berlangsunn dengan persiapan matang supaya tidak terjadi insiden siber selama berlangsungnya KTT Asean yang akan dapat menyebabkan konflik yang lebih besar.

“Pemerintah juga perlu melakukan pengamanan yang maksimal dengan meminta pendapat dari berbagai pihak seperti akademisi, pakar serta profesional sehingga memiliki banyak pandangan dalam membuat langkah-langkah pengamanan siber sebelum, selama serta setelah KTT Asean berlangsung,” pungkas dia.

Jurnalis: Agung Nugroho